Spontaneous Combustion

Permasalahan Umum tentang:

SPONTANEOUS COMBUSTION

I. Pendahuluan

Batubara adalah salah satu bahan bakar padat yang terdiri dari senyawa karbon, hydrogen, minerals dan senyawa senyawa lain yang dalam jumlah kecil terdapat pula dalam batubara. Unsur pembentuk batubara yang paling banyak atau paling dominan adalah unsur karbon, dan unsur inilah yang dominan pula dalam menghasilkan panas apabila batubara ini dibakar. Seperti bahan bakar-bahan bakar lainnya batubara pun memiliki sifat terbakar (flammable) apabila terjadi reaksi oksidasi baik dengan cara dibakar atau oksidasi akibat bereaksi dengan oksigen yang ada di udara. Reaksi batubara dengan oksigen yang ada diudara akan menghasilkan panas yang sering disebut self heating dan apabila pemanasan ini tidak terkontrol maka akan terjadi pembakaran spontan yang sering disebut Spontaneous Combustion. Tentu saja hal tersebut sangat tidak diinginkan, karena ini akan sangat merugikan. Untuk mengenal lebih lanjut tentang apa yang terjadi atau apa penyebab timbulnya self heating sampai terjadinya pembakaran spontan, berikut ini adalah pembahasan secara global tentang sebab-sebab terjadinya masalah tersebut.

II. Masalah Oksidasi

Sebelum mengalami Spontaneous Combustion batubara akan mengalami proses oksidasi yang merupakan proses inisiasi dari spontaneous combustion apabila proses oksidasi ini diikuti dengan meningkatnya temperature terus menerus yang akhirnya mengakibatkan terjadinya pembakaran spontan. Batubara akan bereaksi dengan oksigen diudara segera setelah batubara tersebut tersingkap selama penambangan. Kecepatan reaksi ini lebih besar terutama pada batubara golongan rendah seperti lignite dan sub-bituminus, sedangkan pada golongan batubara bituminus keatas atau high rank coal, oksidasi ini baru akan tampak apabila batubara tersebut sudah tersingkap dalam jangka waktu yang sangat lama. Apabila temperature batubara terus meningkat yang disebabkan oleh “self heating”, maka ini perlu ditangani dengan serius karena ini akan berpengaruh terhadap nilai nilai komersial dari batubara tersebut, selain itu ini akan mengakibatkan pembakaran spontan batubara yang sangat tidak kita inginkan karena akan merugikan dan juga mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Pada temperatur normal kecepatan oksidasi ini kecil sekali, bahkan cenderung menurun selang dengan waktu, dengan demikian resiko penurunan kualitas karena oksidasi ini masih bisa diterima dalam perioda waktu pengiriman yang normal (8 jam – 8 minggu). Oksidasi yang dimaksud diatas adalah oksidasi yang tidak diikuti dengan pembakaran spontan atau oksidasi pada temperatur rendah, akan tetapi apabila disimpan dalam jangka waktu lama di stockpile penurunan kualitas akibat ini biasanya tidak dapat diterima. Karena selain penurunan kualitas secara kimia juga terjadi penurunan kualitas secara fisik terutama terjadi pada batubara golongan rendah atau ”low rank coal”. Berikut ini beberapa pengaruh dari oksidasi terhadap sifat-sifat batu bara:

PARAMETERS

PENGARUH (TURUN / NAIK)

Specific Energy (MJ/kg dmmf)

Gieseler Maksimum Fluidity

HGI

Carbon % dmmf

Hydrogen % dmmf

Oxygen % dmmf

Yield of Pyrolysis Tar

Vitrinite reflectance

Mean Size

Volatile matter % dmmf*

Crucible Swelling Number*

Turun

Turun

Naik

Turun

Turun

Naik

Turun

Naik

Turun

Turun

Turun

* Beberapa batubara menunjukan kenaikan.

III. Spontaneous Combustion

Seperti telah dijelaskan diatas bahwa penyebab awal terjadinya pembakaran spontan adalah reaksi oksidasi yang terjadi dengan sendirinya dalam batubara, yang mengakibatkan pemanasan dengan sendirinya yang selanjutnya akan mengakibatkan pembakaran spontan apabila tidak terkontrol. Pembakaran spontan adalah pemanasan dengan sendirinya yang lambat laun menjadi pembakaran dengan sendirinya yang diakibatkan oleh reaksi kimia secara lokal dalam batubara tersebut yang melibatkan moisture dan oksigen. Batubara akan mengalami pemanasan dengan sendirinya kapan pun dan dimanapun apabila batubara tersebut disimpan dalam bentuk “bulk” (tumpukan dalam jumlah besar) baik di stockpile, bin, diatas barge, kapal atau di tambang. “Self-heating” disebabkan oleh oksidasi pada permukaan batubara yang kontak dengan oksigen di udara. Sebenarnya panas yang dihasilkan dapat terhilangkan dengan distribusi panas ke seluruh batubara atau ke udara dan dengan penguapan moisture batubara tersebut. Apabila panas yang dihasilkan secara lokal akibat oksidasi, lebih besar dari kehilangan panas karena konveksi atau penguapan, maka temperatur batubara tersebut akan terus meningkat dan akhirnya terbakar dengan sendirinya.

Kemungkinan-kemungkinan penyebab yang menimbulkan pembakaran spontan adalah fungsi dari :

§ Type batubara

§ Size distribusi batubara

§ Kadar moisture dalam batubara

§ Derajat ignition temperature pada udara terbuka

§ System penyimpanan batubara

§ Cuaca

§ Lamanya penyimpanan batubara

Sedangkan secara umum batubara yang lebih cenderung terjadi pemanasan dengan sendirinya (self heating) adalah apabila batubara :

§ Low rank, terutama memiliki kadar oksigen yang tinggi

§ Moisture, memiliki kadar total moisture lebih dari 10 %

§ Mengandung besi pyrite yang cukup yang mengalami reaksi eksotermik dengan udara untuk menghasilkan sulfat.

§ Memiliki derajat Ignition temperature yang rendah pada lingkungan terbuka.

Secara umum rekomendasi untuk menanggulangi atau memperkecil kemungkinan terjadinya pembakaran spontan adalah sebagai berikut :

§ Penyimpanan diatas area yang memiliki drainase yang bagus

§ Pencegahan terjadinya segregasi partikel di stockpile

§ Kompacting batubara lapis per lapis

§ Minimisasi terhadap angin dengan orientasi dari stockpile

§ Pembatasan tinggi stockpile

§ Penutupan stockpile

Percobaan untuk mengurangi oksidasi dengan chemical additive juga banyak digunakan dan berhasil menghambat oksidasi.

IV. Masalah Spontaneous Combustion Di Berau Coal

Melihat kriteria batubara yang memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk terjadinya pemanasan dengan sendirinya, maka kita bisa menyimpulkan bahwa batubara Berau Coal termasuk batubara yang mempunyai kecenderungan yang tinggi untuk terjadinya pemanasan sendiri atau “Self Heating” mengingat type batubara kita termasuk low rank dan memiliki kadar total moisture rata-rata diatas 10 %. Akan tetapi untuk menghambat terjadinya oksidasi dan debu kita sudah menggunakan chemical additive yang dikenal dengan nama dagang P.I.C 103.

Walaupun kita telah menggunakan zat additive untuk mencegah atau menghambat terjadinya oksidasi yang mengakibatkan pemanasan pada batubara, apabila batubara tersebut disimpan terlalu lama di stockpile sementara chemical additive yang ditambahkan telah banyak terkikis karena terlarutkan oleh air hujan, sehingga pemanasan atau bahkan spontaneous combustion masih tetap terjadi pada batubara kita. Perlu kita ketahui bahwa faktor yang mempercepat terjadinya oksidasi atau pembakaran batubara dalam penyimpanan adalah oksigen di udara. Makin banyak udara atau angin kontak dengan permukaan batubara makin cepat juga proses pemanasan atau pembakaran batubara tersebut. Oleh karena itu mungkin cara untuk lebih mengurangi kecenderungan pemanasan batubara selain P.I.C 103 adalah dengan meminimisasi kontak batubara dengan udara atau angin. Untuk itu cara-cara penyimpanan dan atau pengaturan keluar-masuk batubara di stockpile perlu dilakukan dengan baik.

IV.1 Pencegahan Terjadinya Spontaneous Combustion

Masalah pembakaran spontan adalah masalah yang harus ditangani dengan serius karena masalah ini selain mengakibatkan kerugian yang tidak kecil juga akan mengakibatkan perusakan lingkungan termasuk membahayakan kesehatan apabila asap yang keluar dari pembakaran batubara terhisap. Resiko pembakaran spontan ini lebih tinggi kecenderungannya pada batubara golongan rendah. Untuk mencegah atau minimal untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pembakaran spontan adalah management stockpile yang baik. Apabila mungkin kita harus menghindari penyimpanan batubara di stockpile, sedapat mungkin batubara yang akan di loading diusahakan fresh dari tambang, jadi penyimpanan distockpile semata-mata hanya untuk mengetahui kualitas dari batubara tersebut sebelum batubara tersebut diloading. Semakin fresh batubara tersebut semakin bagus karena selain kecil kemungkinannya untuk terjadi pembakaran spontan juga kualitas batu bara tersebut masih bagus, dan ini merupakan cara pencegahan yang paling efektif untuk masalah spontaneous combustion. Akan tetapi pada prakteknya kita sering tidak dapat menghindari penyimpanan batubara di stockpile untuk beberapa alasan. Oleh karena itu prosedur penyimpanan yang aman perlu diterapkan untuk menghidari atau paling tidak dapat mengurangi kemungkinan terjadinya spontaneous combustion.

Pada umumnya cara untuk mengurangi resiko spontaneous combustion adalah pemadatan tumpukan batubara (compacting). Akan tetapi untuk beberapa jenis batubara terutama yang memiliki nilai index HGI yang tinggi, pemadatan akan menyebabkan masalah baru yaitu debu yang otomatis berpengaruh terhadap size distribution terutama ukuran partikel dibawah 2 mm. Seperti halnya batubara Lati, yang memiliki HGI rata-rata 52, batubaranya relatif rapuh, apabila di padatkan lapis demi lapis maka akan mengakibatkan hancur menjadi partikel-partikel yang sangat kecil (fine coal) yang banyak yang apabila dalam keadaan kering akan mengakibatkan masalah debu (dust problem). Batubara Binungan memiliki index HGI lebih rendah yaitu sekitar 40 - 44 sehingga batubaranya relatif lebih keras dibanding batubara Lati, walaupun demikian berdasarkan pengalaman batubara Binungan pun mengalami hal yang sama yaitu apabila dilakukan pemadatan lapis perlapis maka size distribution untuk partikel halus menjadi sangat besar yang akhirnya menimbulkan masalah debu dan masalah ukuran butiran halus. Untuk itu tehnik pemadatan untuk batubara Binungan yang mungkin masih dapat diterapkan adalah pemadatan satu lapis, yaitu pemadatan yang dilakukan setelah batubara tersebut ditumpuk dengan tinggi maksimum. Jadi sebenarnya maksud dari pemadatan diatas tumpukan ini adalah untuk meratakan bagian permukaan atas saja supaya tidak berpuncak-punacak karena puncak-puncak ini lebih besar kecenderungannya untuk terjadi spontaneos combustion. Berikut ini adalah prosedur yang mungkin dapat dilakukan dalam rangka upaya pencegahaan terjadinya pembakaran spontan.

§ Drainase area stockpile harus bagus

§ Bentuk stockpile harus memanjang searah dengan arah angin sehingga bagian permukaan yang berhadapan dengan arah angin adalah permukaan yang kecil yaitu bagian lebarnya stockpile (lihat gambar -1)

§ Bagian permukaan yang menghadap ke arah angin harus di padatkan dan sudut kemiringannya harus sekecil mungkin sekitar 30 – 40 derajat.

§ Bagian permukaan atas stockpile juga diratakan, harus dihindari adanya puncak-puncak kecil diatas permukaan tersebut.

§ Pembuatan stockpile atau tumpukan batubara harus diatur sedemikian rupa sehingga keluar masuk (first in-first out) nya batubara di stockpile teratur dengan tidak mengabaikan masalah kualitasnya.

§ Apabila stockpile tersebut disimpan dalam jangka waktu yang lama sekali maka stockpile tersebut harus di spray atau disemprot dengan larutan PIC sampai seluruh permukaan stockpile terbasahi. Penyemprotan ini dilakukan secara reguler dalam jangka waktu tertentu misalkan setiap 2 atau 3 minggu sekali.

§ Pemantauan temperatur secara reguler harus dilakukan paling tidak setelah batubara ditumpuk di stockpile selama 3 minggu.

Akan tetapi perlu sekali lagi ditegaskan bahwa pencegahaan yang paling efektif adalah tidak menyimpan batubara di stockpile terlalu lama.

Apabila temperature tetap naik sampai sekitar 55 ° C setelah upaya pencegahan dilakukan, maka penanggulangannya adalah dengan re-stockpiling, tumpukan dibongkar untuk menguapkan uap air dan sekaligus cooling atau pendinginan temperatur batubara. Dengan cara demikian panas yang dihasilkan dari self heating akan segera turun karena terjadi konveksi panas ke udara dan juga penguapan air yang juga menyerap panas. Setelah penumpukan kembali, prosedur langkah-langkah pencegahan seperti diatas dilakukan kembali dan setelah itu tumpukan yang baru tersebut dispray dengan larutan PIC untuk wetting sekaligus untuk menghambat oksidasi. Dengan langkah langkah diatas maka batubara akan tahan distockpile dalam jangka waktu agak lama tanpa terjadi pembakaran, tapi masalah yang mungkin akan timbul adalah kerapuhan batubara apabila disimpan terlalu lama. Jadi pada dasarnya pemanasan batubara distockpile masih bisa ditanggulangi minimal bisa dikurangi resiko terjadinya pembakaran. Sedangkan pemanasan yang terjadi pada batubara yang sudah berada diatas barge sangat sulit ditanggulangi karena kita tidak bisa menebarkan pemanasan (self heating) tersebut dengan re-stacking atau penumpukan kembali, akibatnya local self-heating yang terjadi akan lebih besar dibanding dengan lost heating karena penguapan dan atau konveksi panas, akibatnya temperatur batubara tersebut akan terus meningkat. Selain itu angin atau udara diatas sungai atau laut cenderung lebih besar sehingga akan mempercepat proses pengoksidasian dan apabila dibiarkan terus, akan mengakibatkan terjadi pembakaran spontan. Oleh karena itu delay atas barge yang sudah termuat terlalu lama harus sejauh mungkin dihindari.

Pada dasarnya secara tepat penyebab terjadinya spontaneous combustion sulit diramalkan karena ada beberapa faktor yang sifatnya berubah atau tidak pasti, misalnya cuaca, sifat batubara itu sendiri sebagai contoh; batubara yang memiliki kadar sulfur yang tinggi dan derajat ignition temperature rendah kecenderungannya lebih tinggi untuk terjadi self heating atau bahkan terjadinya spontaneous combustion. Namun demikian faktor-faktor lain yang pasti seperti; lamanya penyimpanan, angin, dan lain lain, masih bisa kita usahakan dikurangi dengan melaksanakan prosedur penyimpanan yang dianjurkan.

IV. 2 Pembuatan Bentuk Stockpile

Melihat lokasi stockpile Suaran yang berada dipinggir sungai, maka pembuatan stockpile yang bagus adalah memanjang membentuk sudut 90° dengan arah aliran sungai, karena rata-rata arah angin cenderung datang dari arah sungai, terutama untuk sungai-sungai yang lebar. Sehingga bagian lebar stockpile menghadap ke sungai. Dan lebar yang menghadap ke sungai ini kemiringannya harus diperkecil dan juga dipadatkan lihat (gambar-1). Kemudian bagian atas permukaan stockpile diratakan supaya tidak terdapat puncak-puncak kecil yang biasanya ada karena penumpukan. Untuk perataan permukaan atas tumpukan, dilakukan sekali setelah batubara tersebut ditumpuk dengan ketinggian maksimum, sedangkan tinggi tumpukannya bisa lebih tinggi dari 3 m sesuai dengan banyaknya batubara yang akan disimpan agak lama di stockpile. Alat pemadat atau compactor yang direkomendasikan adalah dengan tire compactor yaitu dengan pemadat yang rodanya atau bannya terbuat dari karet, seperti wheel loader. Ini semata mata dimaksudkan untuk mengurangai degradasi partikel, mengingat batubara tersebut pada waktu unloading di kapal, didozer untuk membantu pengaturan unloadingnya dengan grab. Jadi apabila di stockpile juga menggunakan steel compactor seperti dozer, maka kemungkinan degradasi partikelnya akan lebih besar. Dengan demikian penggunaan tire compactor distockpile akan mengurangi resiko tersebut. Kemudian untuk penyemprotan PIC secara reguler akan lebih baik dibuat suatu instalasi sprayer di sekeliling area stockpile.

Selain pembuatan bentuk stockpile seperti diatas yang tidak kalah pentingnya adalah sistem pengaturan penyimpanan. Pengaturan keluar masuk atau first-in first-out dari batubara tersebut harus benar benar diperhatikan supaya tidak sampai yang lama makin lama sedangkan yang baru ditumpuk malah duluan diambil. Ini akan mengakibatkan resiko bagi batubara yang duluan ditumpuk distockpile karena durasi waktunya makin lama. Tentu saja pengaturan ini dengan tidak mengabaikan masalah kualitas. Jadi untuk alasan kualitas, bisa saja terjadi mengambilan tidak berurut seperti yang dijelaskan diatas. Karena masalah kualitas ini sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Memang penyimpanan ini dimasa mendatang mungkin hampir tidak bisa dihindari mengingat volume loading akan makin bertambah sedangkan kapasitas tambang tidak bisa secara mendadak langsung memenuhi permintaan pasar, selain karena masalah kapasitas tambang yang terbatas, juga masalah kualitas yang semakin ketat sehingga batubara yang akan diloading harus diketahui kualitasnya terlebih dahulu dengan pasti. Resiko apabila loading langsung ke barge adalah masalah kualitas tidak akan terkontrol dengan baik bahkan ada unsur gamblingnya. Sedangkan penyimpanan sementara akan memudahkan dalam pengaturan blending kualitas, dan kontrol kualitas untuk mencapai permintaan customer. Oleh karena itu management stockpile ini mutlak diperlukan dan akan berguna untuk menanggulangi atau minimal mengurangi resiko penurunan kualitas akibat penyimpanan. Akan tetapi prosedur diatas masih perlu dipelajari selama penerapannya karena bagaimanapun juga penerapan prosedur harus disesuaikan dengan karakteristik batubara itu sendiri, kita kadang membandingkan dengan penerapan system di tempat lain yang sebetulnya tidak bisa dibandingkan secara mutlak karena mungkin karakteristik atau golongan batubaranya berbeda. Prosedur diatas hanyalah rangka prosedur secara umum, sedangkan secara spesific dan efeknya akan ditemukan selama proses penerapannya. Memang kitapun menyadari bahwa pada prakteknya kita sering dihadapkan pada masalah pertimbangan cost, dobel handling dan sebagainya.

IV. 3 P.I.C

P.I.C adalah salah satu senyawa organik yang biasa dipakai untuk batubara sebagai wetting agent dan oxidation controlling agent. Senyawa organik ini pada umumnya mengandung surfactant, humectant, dan emulsi polymer.

IV. 3.1 Surfactant

Surfactant berfungsi untuk meningkatkan wetability dari batubara, karena seperti kita ketahui bahwa batubara adalah organik yang bersifat non polar sehingga tegangan permukaan pada batubara besar sekali akibatnya batubara susah sekali dibasahi dengan air. Dengan surfactant yang pada gugus molekulnya memiliki radikal-radikal hydrophilic dan hydrophobic mampu menurunkan tegangan permukaan sehingga batubara tersebut dapat terbasahi dengan air dengan baik, dan oleh karena itu partikel-partikel fine coal akan terikat dengan air yang sekaligus akan mengontrol debu batubara. Mekanisme fungsi dari surfactant dapat secara kimia dapat digambarkan sebagai berikut :

Pada waktu surfactant menyentuh permukaan batubara yang sulit terbasahi, radikal hydrophobic akan terserap dipermukaan batubara tersebut sedangkan radikal hydrophilicnya akan membentuk permukaan yang mudah dibasahi, sehingga permukaan batubara tersebut menjadi mudah dibasahi.

New Picture

Dengan permukaan yang menjadi hydrophilic, maka sudut kontak antara air dan batubara menjadi lebih kecil seperti digambarkan pada gambar 3 dan gambar 4.

New Picture

IV. 3.2 Humectant

Fungsi dari humectant adalah pendukung dari fungsi surfactant, dimana fungsi humectant adalah untuk mengkontrol penguapan air dan memperpanjang pembasahan dipermukaan batubara. Efek dari fungsi surfactant apabila tanpa humectant hanya akan ditunjukan selama air berada dipermukaan batubara, apabila air tersebut hilang karena penguapan dan permukaan menjadi kering, maka dengan mudah partikel partikel fine coal beterbangan kembali dan menimbulkan masalah debu kembali. Jadi fungsi humectant adalah sebagai pengontrol penguapan sekaligus untuk mendukung efek dan fungsi surfactant. Selain itu dikarenakan oleh lapisan air yang dihasilkan oleh larutan tersebut, maka oksidasi pada temperatur rendah dan penguapan air dapat terkontrol.

IV. 3.3 Emulsi polymer

Emulsi polymer ini berfungsi sebagai pengikat setiap partikel-partikel powder (fine coal) dan pembentuk lapisan mantel pada permukaan batubara, sehingga ini akan berfungsi mencegah terjadinya debu. Selain itu pemasukan udara ke dalam pile batubara dikontrol oleh emulsi polymer ini sehingga ini berfungsi untuk mengkontrol oksidasi pada temperatur rendah. Yang perlu dicatat bahwa dengan emulsi polymer ini menyebabkan larutan PIC menjadi resist terhadap air dan tidak larut dalam air pada waktu membentuk lapisan mantel oleh pengeringan diudara. Lihat gambar . 5
New Picture (2) 

Gambar. 5 Model adhesi powder batubara (fine coal)

Dengan melihat fungsi dari larutan PIC , jelas sekali bahwa larutan tersebut membantu dalam penanggulangan masalah debu dan juga menghambat terjadinya oksidasi pada suhu rendah yang merupakan inisial dari terjadinya pemanasan sendiri ( self heating ) yang juga merupakan initial dari spontaneous combustion. Namun demikian bagaimanapun juga PIC dilarutkan dengan air, sehingga apabila dalam penyimpanan batubara di stockpile kena hujan dan panas dalam kurun waktu yang lama fungsi dari PIC ini lama kelamaan akan berkurang bahkan hilang sama sekali. Oleh karena itu penyemprotan kembali distockpile perlu dilakukan secara reguler apabila batubara tersebut disimpan dalam jangka waktu lama.

Dengan melihat fungsi dari PIC, kita juga menjadi tahu bahwa fungsi larutan tersebut adalah sebagai preventor atau pencegah bukan penaggulangan. Dengan demikian PIC akan tidak berguna apabila digunakan pada batubara yang sudah terbakar atau sebagai pemadam api. Jadi yang harus dilakukan apabila batubara sudah terbakar adalah :

Matikan api dengan air (bukan dengan larutan PIC), kemudian batubara yang terbakar tersebut di pisahkan dan dibuang. Batubara disekitar yang terbakar yang suhunya mulai naik, ditebarkan (untuk cooling) dan direstockpiling atau ditumpuk kembali, setelah itu tumpukan yang suhunya sudah turun baru disemprot dengan larutan PIC.

LARUTAN P.I.C ADALAH LARUTAN YANG BERGUNA UNTUK MENCEGAH TERJADINYA PEMBAKARAN DAN MASALAH DEBU, BUKAN UNTUK PENANGGULANG PEMBAKARAN ATAU SEBAGAI PEMADAM API.

IV.4 Spontaneous Combustion Untuk Batubara L-Seam.

Dari beberapa seam jenis batubara di Binungan, ada satu jenis seam yang sampai saat ini masih menjadi tanda tanya besar mengenai karakteristiknya yang memiliki kecenderungan lebih tinggi dari yang seam-seam lainnya untuk terjadinya pembakaran dengan sendirinya (Self Combustion). Padahal untuk masa mendatang kita harus berusaha mencari kesempatan guna memanfaatkan semaksimum mungkin semua jenis batubara yang kita miliki sebagai batubara produk yang akan memberikan nilai ekonomis yang lebih berarti, tidak seperti halnya saat ini yang hanya dapat berguna sebagai “beding”. Memperhatikan hal-hal tersebut rasanya kita perlu melakukan suatu studi yang nantinya bisa menyimpulkan tentang factor-factor apa saja dari L-seam sehingga mempunyai kecenderungan yang tinggi untuk terjadinya pembakaran sendiri atau “Self combustion” mengingat type batubara L-seam tersebut jumlah nya cukup besar dan ada kemungkinan tidak hanya L-seam saja yang memiliki karakteristik demikian. Paling tidak nantinya kita dapat mengerti yang mana saja dari batubara kita yang memiliki karakteristik tertentu yang mirip dengan L-seam dan kemunginan dari hasilnya tersebut akan ada uji qualitatif yang merupakan uji pendahuluan terhadap jenis-jenis batubara demikian yang sifatnya lebih pasti, yang tidak kalah paling pentingnya adalah kita akan tahu bagaimana penanggulangan terhadap batubara-batubara yang memiliki karakteristik demikian.

Seperti yang telah dijabarkan di atas bahwa batubara yang mempunyai kecenderungan yang tinggi untuk terjadinya self combustion secara umum dari sifat dasar batubaranya sendiri adalah batubara-batubara yang tergolongan kedalam golongan “low rank coal” yang mana memiliki kadar total moisture diatas 10%, kemudian memiliki kadar pyrittic sulfur yang tinggi serta memiliki nilai ignition temperature yang rendah pada lingkungan terbuka.

Sementara sebagai pandangan umum batubara L-seam mempunyai kadar Total Moisture diatas 10%, memiliki kadar Total Sulfur di atas 1.5% walaupun belum jelas jenis sulfur apa yang tinggi, sementara untuk ignition temperature pada lingkungan terbuka sampai saat ini belum ada data. Melihat dari beberapa sifat dasar batubara yang memiliki kecenderungan untuk mudah terbakar, maka sementara ini dapat kita simpulkan bahwa batubara L-seam termasuk kedalam golongan tersebut. Tetapi ada hal yang lain yang perlu dipertimbangkan bahwa ada beberapa seam lain sebagai contoh yaitu seam N sama-sama mempunyai kadar Total Moisture diatas 10%, memiliki kadar Total Sulfur di atas 1.5% walaupun belum jelas jenis sulfur apa yang tinggi, sementara untuk ignition temperature pada lingkungan terbuka sama-sama belum diketahui. Untuk itu dalam studi itu nantinya diharapkan bahwa adanya faktor-faktor batubara pembanding dan jenis dari batubara pembanding tersebut akan sangat penting sekali dengan memperhitungkan aspek-aspek dari Spontaneous Combustion.

V. DISKUSI

§ Penerapan prosedur diatas memerlukan tambahan cost dibanding dengan system yang fleksibel seperti sekarang, misalnya memerlukan kerja alat yang ekstra, artinya harus ada unit yang khusus untuk pengaturan stockpile.

§ Efisiensi atau kapasitas stockpile mungkin berkurang dengan adanya pengaturan penumpukan.

§ Pada pelaksanaanya sering kita harus memilih suatu pilihan yang sama-sama pentingnya; seperti misalnya unit yang dipakai untuk loading pada keadaan tertentu pas-pasan, padahal dalam waktu yang bersamaan kita harus melakukan stockpiling untuk keperluan penerapan prosedur diatas.

§ Komitment atau persetujuan dari semua pihak apabila prosedur tersebut akan dijadikan prosedur baku, supaya pada pelaksanaannya tidak menimbulkan perdebatan.

§ Guna keperluan studi yang mungkin akan menjawab tantangan untuk memaksimumkan Batubara produk sehingga nilai effisiensinya menjadi lebih tinggi, memaksa kita untuk berkorban sejumlah biaya dan waktu.

§ Bentuk dan tehnik dari studi terhadap L-seam akan dijabarkan lebih lanjut pada proposal tentang studi terhadap L-seam.

New Picture (1)

Artikel Terkait

3 comments:

  1. Misi Gan... Postingannya Josss Gan... Kebetulan aku lagi dalam tahap TA, lokasi penelitiannya di KALTIM, secara keadaan lingkungan, mungkin ada kemiripan dikit dengan postingan Agan, aku lumayan terbantu dengan postingan Agan, Tapi aku mau tanya tentang sumber yang Agan pakai, karena kebetulan aku kesulitan menemukan sumber sumber penulisannya, yaitu yang berkaitan dengan stockpile management dan spontaneous combustion tersebu, kalo ada ebook, atau literatur kuliah atau sejenisnya mohon di share, itupun kalo boleh dan tidak merepotkan, mohon pencerahan dari Agan yang lebih berpengalaman,Salam Tambang...! Terima kasih atas bantuannya. miner.rudi@rocketmail.com

    ReplyDelete
  2. AnonymousMay 09, 2013

    Misi bro.. saya tertarik denagn postingannya karena membantu saya mengerjakan TA... namun saya kesulitan mencari sumber penulisannya mohon dibantu untuk literature atau ebook dan tolong di share ke email saya essy_luv19ef@yahoo.com, trimakasih sebelumnya bro

    ReplyDelete
  3. Misi abang.. saya boleh tdak minta sumber penulisannya untuk literature? klo boleh tolong kirim ke email saya stormshadow901@gmail.com, trimakasih sebelumnya

    ReplyDelete